Jiwa Baru Ikrimah
oleh: waiman cakrabuana
Seorang pemuda
yang gagah dan pandai bertempur itu, kini memendam dendam tiada tara terhadap
Rasulullah SAW dan Islam. Terutama ketika bapaknya “Abu Jahal” terkapar menjadi
mayat di perang Badar, tewas ditangan Tentara Islam dibawah pimpinan Rasulullah
SAW. Saat perang Badar, ia menjadi pasukan sayap kiri di front Tentara
Musyrikin.
Ikrimah Bin Abi
Jahal kini terjun dalam perang Uhud. Kini ia menempati sayap kanan Tentara
Musyrikin, sementara kawan se akademisi militernya yaitu Khalid Bin Walid
menempati sayap kanan pasukan musyrikin. Kemenangan dalam perang Uhud,
membuatnya begitu senang seakan seperempat dendamnya sudah tersalurkan.
Lebih-lebih, saat Rasulullah SAW (Panglima Perang Tentara Islam), dilaporkan mengalami
cedera yang sangat parah.
Ketika Tentara
Musyrikin Makkah, mengerahkan kabilah kabilah sekutunya untuk mengepung
Madinah, Ikrimah kembali memegang peranan penting. Kali ini ia sangat berharap
Umat Islam hancur sekali serang. Pecahlah Perang Ahzab (Perang Sekutu) atau
disebut juga Perang Khandaq (Perang Parit).
Harapan besar “menggebuk”
Umat Islam, ternyata menemui kenyataan pahit. Parit besar yang menganga,
menghalangi Ikrimah dan pasukan tentara musyrikin untuk menyerang Madinah.
Putus asa kini melanda Tentara Musyrikin, karena dalam perang Ahzab ini Tentara
Musyrikin dan sekutu sekutunya kocar kacir di serang hawa dingin dan hujan
lebat, serta banjir yang menghanyutkan logistik logistik perbekalan mereka.
Akhirnya mereka
kembali ke Makkah sambil membawa kekalahan dan kekecewaan yang berat. Sebaliknya
Umat Islam merayakan kemenangan Ahzab dengan suka cita. Lebih lebih saat
Rasulullah SAW merubah strategi perang dari deffensif (bertahan) menjadi
ofensif (menyerang).
Dendam yang
sedikit terbayar di Uhud, kini kembali menguat setelah kekalahan perang Ahzab.
Degup jantung amarah Ikrimah, semakin tidak terkendali, aliran darah
kedendaman-nya semakin mengalir deras memanaskan isi kepalanya.
Parahnya,
pasukan Tentara Musyrikin kini dilanda
ketakutan (kekalahan psikologis), tidak ada lagi keberanian melawan Tentara
Islam. Abu Sufyan dan Ikrimah sudah habis tenaga memompa semangat dan
keberanian tentaranya, tetapi tetap saja adrenalin keberanian tentara musyrikin
tidak naik satu garispun.
Puncaknya disaat
Futuh Makkah (operasi penaklukan Makkah) oleh Rasulullah SAW dan Tentara Islam.
Tentara Musyrikin sudah kehilangan keberanian, mereka hanya menunggu apapun
yang terjadi.
Tinggal Ikrimah
Bin Abi Jahl yang masih menggelora semangat dan keberaniannya melawan Tentara
Islam. Terjadilah pertempuran kecil. Celakanya, saat pertempuran kecil
mempertahankan Makkah dari serbuan Umat Islam, ia harus berhadapan dengan
mantan sahabatnya dulu, yaitu Khalid Bin Walid yang sudah lebih dulu masuk
Islam. Pertempuran kecil itu dapat diselesaikan Khalid (tentara Islam) dengan
cepat, karena Ikrimah tidak didukung penuh oleh keberanian total pasukannya.
Makkah akhirnya
dapat dibebaskan dari cengkraman Musyrikin, pemerintahan syirik Hijaz kini
runtuh ditangan Rasulullah SAW. Islam mencapai kemerdekaannya dan manusia kini
lepas dari penjajahan sesama menuju penghambaan terhadap Allah SWT.
Rasulullah SAW
memberi amnesti umum, mereka yang dulu memerangi, membunuh dan mengusir umat
Islam semuanya diampuni. Rakyat yang dulu dalam kegelapan dan kedzaliman
penguasa musyrikin Hijaz kini di terangi cahaya Allah yang menyebarkan keadilan
dan kesejahteraan yang sempurna. Dijalan jalan bergema takbir, tahlil dan
tahmid tanda suka cita dan syukur masyarakat kepada Allah SWT.
Tetapi ada 4
orang yang harus dieksekusi sesuai maklumat Pemimpin Tertinggi Negara Islam “Rasulullah
SAW”: “Bunuhlah
mereka meskipun kalian menemukan mereka sedang berpegangan pada kain Ka’bah.”
Mereka adalah Ikrimah bin Abu Jahl, Abdullah bin Khothl, Maqis bin Shobabah dan
Abdullah bin Sa’d bin Abis Sarh”
Sementara itu, Ikrimah melarikan diri ke luar
negri dengan mengarungi lautan, karena ketakutan.
Dalam perjalanan, terjadi badai yang menggoyang
perahu yang ditumpangi Ikrimah. Suasana dalam perahu menjadi panik seketika itu.
Rupanya suasana inilah yang menjadi titik balik Ikrimah Bin Abi Jahl, ia
berhasil disadarkan oleh salah seorang awak kapal agar ikhlash (bertauhid). Dan
Ikrimah kini lunak hatinya dan bertekad masuk Islam. Ia berjanji akan menemui
Rasulullah SAW jika sudah sampai daratan dan merasa yakin jika Rasulullah akan
memaafkannya[1].
Ketika perahu itu selamat sampai daratan, Ikrimah
turun, segera ia menemui istrinya “Ummu Hakim”. Dan Istrinya yang sudah lebih
dulu masuk Islam sangat senang dengan kembalinya suami tercinta dari
pelariannya. Ummu Hakim berhasil meyakinkan diri Ikrimah agar menghadap
Rasulullah, karena Rasulullah pasti akan mengabulkan grasi (permohonan ampun)
yang diajukannya.
Ternyata, apa yang diyakinkan istrinya adalah
benar. Rasulullah membaiat Ikrimah untuk masuk Islam dan memberi pengampunan
terhadap Ikrimah. Sehingga nama Ikrimah sebagai “buronan”dengan tuduhan
penjahat perang dihapus dalam daftar.
Umat Islam bergembira, terlebih Khalid Bin Walid,
mantan sahabatnya dahulu. Menyambut “mutiara”
yang terbenam dalam lumpur Jahiliyyah, kini berhasil dibersihkan dengan Tauhid.
Sang Mutiara jahiliyyah kini menjadi Mutiara Islam. Ikrimah yang dahulu
penentang dan musuh Islam sudah tiada, kini telah lahir Ikrimah Pahlawan Islam.
Kelak Ikrimah betul betul menjadi Pahlawan Islam.
Syahadat yang dikumandangkannya telah menjadi tenaga REVOLUSIONER yang kuat
yang mengubah IKRIMAH Musuh Islam menjadi IKRIMAH PAHLAWAN ISLAM.
Syahadat mengubah Ikrimah yang dahulu Musyrik
menjadi tauhid, mengubah Ikrimah yang dahulu memusuhi Rasul menjadi Loyalis
Rasul, Loyalis Pemimpin Islam.
(Insya Allah kisah Ikrimah ini akan dilanjutkan)
[1] riwayat
yang shohih tentang keislaman Ikrimah radhiyallahu ‘anhu adalah apa yang
diriwayatkan oleh an-Nasa’i rahimahullah dengan sanad shohih sebagaimana
dikatakan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohih wa Dho’if an-Nasa’i: 4067, yaitu
sebagai berikut:
Dari Mush’ab bin Sa’d dari bapaknya berkata: “Saat Fathu Makkah, Rasulullah memberikan keamanan kepada manusia kecuali empat laki-laki dandua wanita, beliau bersabda: “Bunuhlah mereka meskipun kalian menemukan mereka sedang berpegangan pada kain Ka’bah.” Mereka adalah Ikrimah bin Abu Jahl, Abdullah bin Khothl, Maqis bin Shobabah dan Abdullah bin Sa’d bin Abis Sarh. Abdullah bin Khothl, dia ditemukan sedang berpegangan pada kain Ka’bah. Dia diserang oleh Sa’id bin Harits dan Ammar bin Yasir, hanya saja Sa’id lebih mendahului Ammar, sehingga dia lah yang membunuh Abdullah bin Khothl. Sedangkan Maqis bin Shobabah, dia ditemukan berada di pasar, maka dia pun dibunuh oleh banyak orang.
Adapun Ikrimah bin Abu Jahl, dia naik kapal di lautan, tiba-tiba datanglah badai, maka para awak kapal berkata: “Ikhlaskanlah (do’a hanya kepada Allah) karena tuhan-tuhan kalian tidak akan bisa berbuat apa-apa disini.” Maka Ikrimah berkata: “Demi Allah, jika tidak ada yang bisa menyelamatkan diriku dilautan ini kecuali keikhlasan (kepada Allah), maka tidak akan ada yang bisa menyelamatkan diriku di daratan kecuali Dia. Ya Allah, jika saya berjanji kepada-Mu, jika Engkau menyelamatkan diriku, saya akan datang kepada Muhammad, Lalu saya akan meletakkan tanganku pada tangan beliau, dan niscaya saya akan dapati beliau sebagai seorang yang pemaaf lagi mulia.” Lalu Ikrimah pun datang dan masuk Islam.” [HR.an-Nasa'i. Lihat pula ash-Shohihah: 1723]
Dari Mush’ab bin Sa’d dari bapaknya berkata: “Saat Fathu Makkah, Rasulullah memberikan keamanan kepada manusia kecuali empat laki-laki dandua wanita, beliau bersabda: “Bunuhlah mereka meskipun kalian menemukan mereka sedang berpegangan pada kain Ka’bah.” Mereka adalah Ikrimah bin Abu Jahl, Abdullah bin Khothl, Maqis bin Shobabah dan Abdullah bin Sa’d bin Abis Sarh. Abdullah bin Khothl, dia ditemukan sedang berpegangan pada kain Ka’bah. Dia diserang oleh Sa’id bin Harits dan Ammar bin Yasir, hanya saja Sa’id lebih mendahului Ammar, sehingga dia lah yang membunuh Abdullah bin Khothl. Sedangkan Maqis bin Shobabah, dia ditemukan berada di pasar, maka dia pun dibunuh oleh banyak orang.
Adapun Ikrimah bin Abu Jahl, dia naik kapal di lautan, tiba-tiba datanglah badai, maka para awak kapal berkata: “Ikhlaskanlah (do’a hanya kepada Allah) karena tuhan-tuhan kalian tidak akan bisa berbuat apa-apa disini.” Maka Ikrimah berkata: “Demi Allah, jika tidak ada yang bisa menyelamatkan diriku dilautan ini kecuali keikhlasan (kepada Allah), maka tidak akan ada yang bisa menyelamatkan diriku di daratan kecuali Dia. Ya Allah, jika saya berjanji kepada-Mu, jika Engkau menyelamatkan diriku, saya akan datang kepada Muhammad, Lalu saya akan meletakkan tanganku pada tangan beliau, dan niscaya saya akan dapati beliau sebagai seorang yang pemaaf lagi mulia.” Lalu Ikrimah pun datang dan masuk Islam.” [HR.an-Nasa'i. Lihat pula ash-Shohihah: 1723]